Imaji Yesus yang tersalib, baik dalam bentuk gambar maupun salib dengan corpus,barangkali menimbulkan rasa “ngeri” bagi banyak orang, namun seseorang dengan kesederhanaan yang inosen seperti seorang anak kecil dapat memandang Dia yang tersalib itu melampaui kekejaman salib itu sendiri. Dia dimampukan untuk melihat kasih yang diungkapkan dari/oleh salib itu.
Kasih inilah yang sebenarnya kita rayakan manakala kita berdoa “Jalan Salib”. Dalam devosi “Jalan Salib” ini kita tidak hanya memperingati peristiwa-peristiwa yang terjadi sekitar 2.000 tahun lalu. Kita masuk ke dalam penderitaan “sengsara Kristus” untuk mengalami bagaimana Dia memberikan hidup-Nya dan mencurahkan kasih-Nya sehabis-habisnya demi pengampunan dosa kita-manusia.
Asal-usul Devosi Jalan Salib